Tak seorangpun mampu melawan Kuasa dan Kehendak Allah. Kalau Allah menghendaki sesuatu, jadi! maka terjadilah. Bencana alam pun terjadi, mulai bencana banjir di Wasior, tsunami di Mentawai, dan bencana gunung merapi di Yogyakarta.
Musibah beruntun itu tidak sedikit memakan korban, baik jiwa, harta dan tempat tinggal. Dan tidak sedikit pula masyarakat yang merasakan dampaknya, dari segi kesehatan, ekonomi, rasa takut dan trauma.
Mencermati peristiwa tersebut, ada sebagian kalangan yang menyorot dari segi ilmiah dan ada juga dari sisi spiritualitas. Dalam hal ini kita ambil sisi hikmah dari kedua pandangan tersebut.
Kalau mencermati dari segi ilmiah, berarti menghajatkan kepada semua komponen bangsa ini untuk meberdayakan ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus menguasainya untuk mengantisipasi bencana yang akan datang, karena katanya negara ini cecara geografis memang rawan bencana.
Mencermati dari sisi spiritualitas, menuntut kita semua untuk introspeksi, apa gerangan kesalahan bangsa ini, sehingga Allah menimpakan musibah yang beruntun? Apakah bangsa ini memang sengaja mengundang kemurkaan Allah?
Setiap musibah, adakalanya sebagai ujian bagi orang beriman dan saleh, ada kalanya sebagai teguran, agar kita semua kembali ke jalan Allah, ada kalanya sebagai azab dari Allah. Semua itu menunjukkan kemahakuasaan dan qahharnya Allah, dan sekaligus menunjukkan Maha Pengasih dan Penyayangnya Allah kepada hambaNya. Dan menunjukkan bahwa kita hambaNya yang begitu lemah dan selalu berhajat kepada Allah.
Allah yang menimpakan musibah sebenarnya sudah memberikan solusi, namun, mungkin kita sudah melupakannya. Apakah itu? Istighfar. Ya, Indonesia harus beristighfar. Simaklah Firman Allah di bawah ini,
“Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan”. (Q.S Al Anfal :33)
Musibah beruntun itu tidak sedikit memakan korban, baik jiwa, harta dan tempat tinggal. Dan tidak sedikit pula masyarakat yang merasakan dampaknya, dari segi kesehatan, ekonomi, rasa takut dan trauma.
Mencermati peristiwa tersebut, ada sebagian kalangan yang menyorot dari segi ilmiah dan ada juga dari sisi spiritualitas. Dalam hal ini kita ambil sisi hikmah dari kedua pandangan tersebut.
Kalau mencermati dari segi ilmiah, berarti menghajatkan kepada semua komponen bangsa ini untuk meberdayakan ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus menguasainya untuk mengantisipasi bencana yang akan datang, karena katanya negara ini cecara geografis memang rawan bencana.
Mencermati dari sisi spiritualitas, menuntut kita semua untuk introspeksi, apa gerangan kesalahan bangsa ini, sehingga Allah menimpakan musibah yang beruntun? Apakah bangsa ini memang sengaja mengundang kemurkaan Allah?
Setiap musibah, adakalanya sebagai ujian bagi orang beriman dan saleh, ada kalanya sebagai teguran, agar kita semua kembali ke jalan Allah, ada kalanya sebagai azab dari Allah. Semua itu menunjukkan kemahakuasaan dan qahharnya Allah, dan sekaligus menunjukkan Maha Pengasih dan Penyayangnya Allah kepada hambaNya. Dan menunjukkan bahwa kita hambaNya yang begitu lemah dan selalu berhajat kepada Allah.
Allah yang menimpakan musibah sebenarnya sudah memberikan solusi, namun, mungkin kita sudah melupakannya. Apakah itu? Istighfar. Ya, Indonesia harus beristighfar. Simaklah Firman Allah di bawah ini,
“Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan”. (Q.S Al Anfal :33)
Dikutip dari : Celoteh Anak Rumput – Seri 1, Haderi Idmukha